PENGERTIAN
DASAR STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM)
Jonathan
Sarwono
UKRIDA
Email:
[email protected]
Web
site: http://www.jonathansarwono.info
Abstract: this paper discusses the
basic concept of structural equation modeling known widely as SEM. The aim of
this writing is to introduce the basic concepts of SEM for beginners who want
to use this formula in their research. By understanding these basic concepts
they will be able to use this formula correctly and accurately. These
underlying concepts will help us to use SEM in a correct context of the
problems studied and furthermore, the users can interpret the result correctly.
This discussion starts with the definition and with the application.
Keywords: structural equation
modeling, basic concepts, application
1.1 Definisi
dan Pengertian
Definisi lain menyebutkan structural equation modeling (SEM) adalah teknik analisis multivariat yang umum dan sangat bermanfaat yang meliputi versi-versi khusus dalam jumlah metode analisis lainnya sebagai kasus-kasus khusus.
Definisi berikutnya mengatakan bahwa Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida yang meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan regresi yang dapat dianggap sebagai kasus khusus dalam SEM.
Sedikit berbeda dengan
definisi-definisi sebelumnya mengatakan
structural equation modeling (SEM) berkembang dan mempunyai fungsi mirip
dengan regresi berganda, sekalipun demikian nampaknya SEM menjadi suatu teknik
analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan pemodelan interaksi,
nonlinearitas, variabel – variabel bebas
yang berkorelasi (correlated independents), kesalahan pengukuran,
gangguan kesalahan-kesalahan yang berkorelasi (correlated error terms),
beberapa variabel bebas laten (multiple latent independents) dimana
masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua
variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa
indikator. Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat digunakan alternatif
lain yang lebih kuat dibandingkan dengan
menggunakan regresi berganda., analisis jalur, analisis faktor, analisis time
series, dan analisis kovarian
Dari definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa SEM mempunyai karakteristik yang bersifat sebagai
teknik analisis untuk lebih menegaskan (confirm)
dari pada untuk menerangkan. Maksudnya, seorang peneliti lebih cenderung
menggunakan SEM untuk menentukan apakah suatu model tertentu valid atau tidak
dari pada menggunakannya untuk menemukan suatu model tertentu cocok atau tidak,
meski analisis SEM sering pula mencakup elemen-elemen yang digunakan untuk
menerangkan.
1.2 Fungsi
Beberapa
fungsi SEM, diantaranya ialah:
•
Pertama, memungkinkan adanya
asumsi-asumsi yang lebih fleksibel;
•
Kedua, penggunaan analisis faktor
penegasan (confirmatory factor analysis) untuk mengurangi kesalahan
pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten;
•
Ketiga, daya tarik interface pemodelan
grafis untuk memudahkan pengguna membaca keluaran hasil analisis;
•
Keempat, kemungkinan adanya pengujian
model secara keseluruhan dari pada koefesien-koefesien secara sendiri-sendiri;
•
Kelima, kemampuan untuk menguji model –
model dengan menggunakan beberapa variabel tergantung;
•
Keenam, kemampuan untuk membuat model
terhadap variabel-variabel perantara;
•
Ketujuh, kemampuan untuk membuat model
gangguan kesalahan (error term);
•
Kedelapan, kemampuan untuk menguji
koefesien-koefesien diluar antara beberapa kelompok subyek;
•
Kesembilan kemampuan untuk mengatasi data yang sulit, seperti data
time series dengan kesalahan otokorelasi, data yang tidak normal, dan
data yang tidak lengkap.
1.3 Aplikasi
Utama SEM
Aplikasi utama structural equation modeling meliputi:
1.4 Asumsi
Dasar
Untuk menggunakan SEM, peneliti memerlukan pengetahuan tentang asumsi-asumsi yang mendasari penggunaannya. Beberapa asumsi tersebut, diantaranya ialah:
Secara umum, sebagaimana ditunjukkan dalam suatu studi-studi simulasi menunjukkan bahwa dalam kondisi – kondisi data yang sangat tidak normal, estimasi-estimasi parameter SEM, misalnya estimasi jalur masih dianggap akurat tetapi koefesien-koefesien signifikansi yang bersangkutan akan menjadi terlalu tinggi. Sehingga nilai-nilai chi-square akan meningkat. Perlu diingat bahwa untuk uji keselarasan chi-square dalam model keseluruhan, nilai chi-square tidak harus signifikan jika ada keselarasan model yang baik, yaitu: semakin tinggi nilai chi-square, semakin besar perbedaan model yang diestimasi dan matrices kovarian sesungguhnya, tetapi keselarasan model semakin jelek. Chi-square yang meninggi dapat mengarahkan peneliti berpikir bahwa model-model yang sudah dibuat memerlukan modifikasi dari apa yang seharusnya. Kurangnya normalitas multivariat biasanya menaikkan statistik chi-square, misalnya, statistik keselarasan chi-square secara keseluruhan untuk model yang bersangkutan akan bias kearah kesalahan Type I, yaitu menolak suatu model yang seharusnya diterima. Pelanggaran terhadap normalitas multivariat juga cenderung menurunkan (deflate) kesalahan-kesalahan standar mulai dari menengah sampai ke tingkat tinggi. Kesalahan-kesalahan yang lebih kecil dari yang seharusnya terjadi mempunyai makna jalur-jalur regresi dan kovarian-kovarian faktor / kesalahan didapati akan menjadi signifikan secara statistik dibandingkan dengan seharusnya yang terjadi.
·
Rekursivitas (Recursivity):
Suatu model disebut rekursif jika semua
anak panah menuju satu arah, tidak ada arah umpan balik (feedback looping),
dan faktor gangguan (disturbance terms) atau kesalahan sisaan (residual
error) untuk variabel-variabel endogenous yang tidak dikorelasikan. Dengan
kata lain, model-model recursive merupakan model-model dimana semua anak panah
mempunyai satu arah tanpa putaran umpan balik dan peneliti dapat membuat asumsi
kovarian – kovarian gangguan kesalahan semua 0, yang berarti bahwa semua
variabel yang tidak diukur yang merupakan
determinan dari variabel-variabel endogenous tidak dikorelasikan satu
dengan lainnya sehingga tidak membentuk putaran umpan balik (feedback loops).
Model – model dengan gangguan kesalahan yang berkorelasi dapat diperlakukan
sebagai model recursive hanya jika tidak ada pengaruh-pengaruh langsung
diantara variabel-variabel endogenous
1.5 Acuan
Indeks Kecocokan Model
Untuk
mengetahui apakah model yang dibuat didasarkan pada data observasi sesuai
dengan model teori atau tidak diperlukan acuan indeks kecocokan model. Berikut
ini nilai-nilai indeks kecocokan model yang sering digunakan dalam SEM,
diantaranya:
– Nilai Chi Square:
semakin kecil maka model semakin sesuai antara model teori dan data sampel.
Nilai ideal sebesar <3
– Rasio Kritis (Critical Ratio):
Rasio deviasi tertentu dari nilai rata-rata standard deviasi. Nilai ini
diperoleh dari estimasi parameter dibagi dengan standard error . Besar nilai CR
adalah 1,96 untuk pembobotan regresi dengan significance sebesar 0,05 untuk
koefesien jalurnya
– Jika nilai
CR > 1,96 maka kovarian - kovarian
faktor mempunyai hubungan signifikan
– Jika koefesien struktural dibuat
standar, misalnya 2; maka var laten tergantung akan
meningkat sebesar 2
– Kesalahan pengukuran
sebaiknya sebesar 0
– Pembobotan
regresi (regression weight): sebesar
1, tidak boleh sama dengan 0, bersifat random jika ada tanda ‘$’
– Spesifikasi model
dengan nilai konstan 1
– Maximum Likehood Estimation
akan bekerja dengan baik pada sampel sebesar >2500
– Significance level
(probabilitas) sebaiknya <0.05
– Reliabilitas
konstruk (construct reliability): minimal sebesar 0,70 untuk faktor
loadings
– Varian ekstrak (uji
lanjut reliabilitas): nilai minimal 0.5 semakin mendekati 1 semakin reliabel
– Nilai indeks keselarasan (goodness
of fit index) (GFI): mengukur jumlah relatif varian
dan kovarian yang besarnya berkisar dari 0 – 1. Jika nilai besarnya mendekati 0
maka model mempunyai kecocokan yang rendah sedang nilai mendekati 1 maka model
mempunyai kecocokan yang baik
– Nilai indeks keselarasan yang disesuaikan
(Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI): Fungsi sama
dengan GFI perbedaan terletak pada penyesuaian nilai DF terhadap model yang
dispesifikasi. Nilai AGFI sama dengan atau lebih besar dari 0,9. Jika nilai
lebih besar dari 0,9 maka model mempunyai kesesuaian model keseluruhan yang
baik
– Fungsi perbedaan sampel minimum (The
minimum sample discrepancy function (CMNF)) yang merupakan nilai statistik Chi Square
dibagi dengan nilai derajat kebebasan (degree of freedom (df)) disebut
juga Chi Square relatif dengan besaran nilai kurang dari 0,2 dengan toleransi
dibawah 0,3 yang merupakan indikator diterimanya suatu kecocokan model dan data
– Indeks Tucker Lewis (Tucker Lewis Index
(TLI)) dengan ketentuan sebagai penerimaan sebuah model
sebesar sama dengan atau lebih besar dari 0,95. Jika nilai mendekati 1 maka
model tersebut menunjukkan kecocokan yang sangat tinggi
– Indeks Kecocokan Komparatif (Comparative
Fit Index (CFI)) dengan nilai antara 0- 1 dengan
ketentuan jika nilai mendekati angka 1 maka model yand dibuat mempunyai
kecocokan yang sangat tinggi sedang jika nilai mendekati 0, maka model tidak
mempunyai kecocokan yang baik
– Index Parsimony: untuk kecocokan model yang layak nilainya
>0,9.
– Root mean square error
of approximation,
(RMSEA): berfungsi
sebagai kriteria untuk pemodelan struktur kovarian dengan mempertimbangkan
kesalahan yg mendekati populasi. Kecocokan model yg cocok dengan matriks kovarian populasi.
Model baik jika nilainya lebih kecil atau sama dengan 0,05 ; cukup baik
sebesar atau lebih kecil dari 0,08
– Uji Reliabilitas:
untuk menghitung reliabilitas model yang menunjukkan adanya indikator-indikator
yang mempunyai derajat kesesuaian yang baik dalam satu model satu dimensi.
Reliabilitas merupakan ukuran konsistensi internal indikator-indikator suatu
konstruk yang menunjukkan derajat sejauh mana setiap indikator tersebut
menunjukkan sebuah konstruk laten yang umum. Reliabilitas berikutnya ialah
Varian Extracted dengan besar diatas atau sama dengan 0,5. Dengan ketentuan nilai yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa indikator-indikator sudah mewakili secara benar konstruk
laten yang dikembangkan
– Parameter dengan nilai 0
mempunyai arti tidak ada hubungan antar variabel yang diobservasi. Parameter
dapat secara bebas diestimasi dengan nilai tidak sama dengan 0. Fixed parameter
diestimasi tidak berasal dari data, misalnya 1; free parameter diestimasi dari
data sampel yang diasumsikan oleh peneliti tidak sama dengan 0.
– Root Mean Square Residual (RMR):
nilai rata-rata semua residual yang ditandarisasi. Nilai RMR berkisar mulai 0 – 1, suatu model yang cocok mempunyai nilai
RMR < 0.05.
– Parsimony Based Indexes of Fit
(PGFI): Parsimony
model yang berfungsi untuk mempertimbangkan kekompleksitasan model yang
dihipotesiskan dalam kaitannya dengan kecocokan model secara menyeluruh. Nilai
kecocokan ideal adalah 0.9
– Normed Fit Index (NFI):
Nilai NFI mulai 0 – 1 diturunkan dari perbandingan antara model yang
dihipotesiskan dengan suatu model independen tertentu. Model mempunyai
kecocokan tinggi jika nilai mendekati 1
– Relative Fit Index (RFI):
merupakan turunan dari NFI dengan nilai 0 -1. Model mempunyai kecocokan yang
ideal dengan nilai 0.95
– First Fit Index (PRATIO):
berkaitan dengan model parsimony
– Noncentrality Parameter (NCP):
parameter tetap yang berhubungan dengan DF yang berfungsi untuk mengukur
perbedaan antara matriks kovarian populasi dengan matriks kovarian
observasi. Dengan Confidence Interval
90% maka NCP berkisar antara 29,983 – 98,953
– The Expected Cross Validation Index
(ECVI): mengukur perbedaan antara matriks kovarian yang
dicocokkan dalam sampel yg dianalisis dengan matriks kovarian yang diharapkan
yang akan diperoleh dari sampel lain dengan ukuran yang sama. Nilai ECVI dapat
berapa saja dan tidak ada kisarannya.
Jika model mempunyai nilai ECVI terkecil, maka model tersebut dapat
direplikasi.
– Hoelter’s Critical N (CN):
berfungsi untuk melihat kecukupan ukuran sampel yang digunakan dalam riset. CN
mempunyai ketentuan suatu model mempunyai ukuran sampel yang cukup jika nilai
CN > 200.
– Residual:
perbedaan antara matriks kovarian model dengan matriks kovarian sampel, semakin
kecil perbedaan maka model semakin baik.
1.6 Pertimbangan
untuk Menggunakan Indeks Kecocokan Model
Karena banyaknya indeks kecocokan model
dalam SEM, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam menggunakan indeks
kecocokan model tersebut. Sebaiknya kita menggunakan indeks kecocokan model
yang umum, seperti RMSEA, Chi Square, NNFI, dan CFI dalam pengujian kecocokan
model. Sekalipun demikian kita juga dapat menggunakan indeks – indeks lain,
misalnya untuk melihat kesesuaian jumlah sampel ataupun nilai signifikansi
1.7 Prinsip-Prinsip
Dasar Dibalik SEM
Dalam statistik
terdapat generaliasi yang menyatakan bahwa beberapa variabel saling berhubungan
satu dengan yang lain dalam suatu kelompok persamaan linear. Hubungan
tersebut menjadi semakin kompleks tetapi inti pesannya tetap sama, yaitu: kita
dapat menguji apakah beberapa variable saling berhubungan melalui seperangkat
hubungan linier dengan cara memeriksa varian dank ovarian variable tersebut.
Dictum ini dapat diilustrasikan secara sederhana sebagai berikut:
Ada sekelompok angka (kita beri simbol X): 1, 2, dan 3.
Sekeleompok angka tersebut mempunyai rata-rata sebesar 2 dan standard deviasi
1. Kemudian sekelompok ini ini (X) kita kalikan 4; maka akan menjadi sekelompok
angka sebagai berikut: 4, 8, dan 12 (Kita beri simbol Y). Sekelompok angka
tersebut mempunyai rata-rata sebesar 8, standard deviasi 4, dan varian sebesar
16 (varian adalah standard deviasi yang
dikuadratkan). Seperangkat angka X dapat dihubungkan dengan seperangkat anhgka
Y dengan menggunakan persamaan Y = 4 X; dengan demikian varian Y ialah 16 kali
X. Dari persamaan tersebut kita dapat
melakukan pengujian hipotesis, yaitu Y dan X dihubungkan dengan menggunakan
persamaan Y = 4 X secara tidak langsung dengan cara membandingkan varian –
varian variable X dan Y.
Dalam kaitannya dengan pemahaman tersebut, maka prosedur
dalam SEM dilakukan dilakukan dengan
cara sbb:
•
Nyatakan secara tegas bahwa beberapa
variabel berkaitan antara satu dengan
yang lainnya dengan menggunakan diagram jalur.
•
Teliti melalui beberapa aturan internal
yang kompleks implikasi-implikasi apa saja dalam kaitannya degan varian –
varian dan kovarian-kovariannya beberapa
variabel tersebut.
•
Ujilah apakah semua varian dan kovarian
cocok dengan modelnya.
•
Laporkan hasil-hasil pengujian
statistik, dan juga estimasi-estimasi
parameter serta
kesalahan-kesalahan standard untuk semua koefisen numerik yang ada dalam
persamaan linear.
•
Berdasarkan semua informasi di atas,
peneliti memutuskan apakah model nampak
sesuai dengan data yang dipunyai atau tidak
Dalam kaitannya dengan prinsip dasar SEM, statistik
dasar yang melandasi adalah kovarian. Apa itu kovarian? Kovarian ialah pengukuran
statistik varian dua variabel random yg diobservasi atau diukur dalam periode
waktu rata-rata yang sama. Kovarian juga digunakan untuk menghitung koefesien
korelasi antara dua variable yang berhubungan. Kovarian yang didefinisikan
untuk dua variable kontinus X dan Y yang diobservasi mempunyai persamaan:
Cov
xy = r xy SDx SDy
Dimana:
Cov
xy = Kovarian variable x dan y
SDx = Standar Deviasi Variabel x
SDy = Standar Deviasi Variabel y
Kovarian tersebut mewakili kekuatan asosiasi /
hubungan antara x dan y serta variabilitasnya meski hanya dalam satu angka
tunggal. Kovarian merupakan nilai statistik yang tidak standar; itulah sebabnya
nilai kovarian tidak mempunyai batas bawah dan batas atas. Karena kovarian
merupakan statistik dasar SEM, maka konsekuensi logisnya ialah analisis dalam
SEM mempunyai dua tujuan, yaitu memahami pola kovarian dalam seperangkat variable
yang sedang diobservasi dan menerangkan sebanyak mungkin varian dengan model
yang dibuat oleh peneliti. Dengan demikian pengujian hipotesis tentang varian
dank ovarian yang diwakili dengan model persamaan struktural adalah struktur
kovarian.
1.8 Konsep
Identifikasi Model
Model – Model Struktural dapat berupa dalam SEM
ialah: 1) just – identified, 2) over – identified, dan 3) under – identified
–
Model
‘Just – identified’: jumlah poin data varian dan kovarian
sama dengan jumlah parameter yang harus diestimasi. Model ini secara ilmiah
tidak menarik karena tidak ada Degree of Freedom (DF) sehingga model harus selalu diterima / tidak dapat ditolak (Catatan: DF = data –
parameter)
–
Model ‘Over – identified’: jumlah poin data varian dan kovarian variabel-variabel
yang teramati lebih besar dari jumlah parameter yang harus diestimasi. Dengan
demikian terdapat DF positif sehingga memungkinkan penolakan model
–
Model
‘Under – identified’: jumlah poin data varian dan kovarian
lebih kecil dibandingkan dengan jumlah parameter yang harus diestimasi. Dengan
demikian model akan kekurangan informasi yang cukup untuk mencari pemecahan
estimasi parameter karena akan terdapat solusi yang tidak terhingga untuk model
yang seperti ini.
–
Saturated
Model: mempunyai parameter bebas sebanyak jumlah moments
(rata-rata dan varian). Jika dianalisis dengan data yang lengkap, maka model
akan selalu cocok dengan data sampel secara sempurna (Chi square = 0.0; DF = 0)
1.9 Diagram
Jalur SEM
Diagram
jalur SEM berfungsi untuk menunjukkan pola hubungan antar variabel yang kita
teliti. Dalam SEM pola hubungan antar varaibel akan diisi dengan variabel yang
diobservasi, variabel laten dan indikator. Didasarkan pola hubungan antar
variabel, SEM dapat diurai menjadi dua sub-bagian yaitu: model pengukuran dan
model struktural. Model pengukuran mendefinisikan hubungan antar variabel yang
diobservasi dan yang tidak diobservasi. Dengan kata lain model pengukuran
menyediakan hubungan nilai-nilai antara instrumen pengukuran (variabel-variabel
indikator yang diobservasi) dengan konstruk-konstruk yang dirancang untuk
diukur (variabel-variabel laten yang tidak diobservasi). Sedang model
struktural mendefinisikan hubungan antar semua variabel yang tidak diobservasi.
Itulah sebabnya model struktural mengidentifikasi variabel –variabel laten mana
saja yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi perubahan nilai
variabel laten lainnya dalam model.
Di
bawah ini diberikan contoh diagaram jalur SEM:
Diagram jalur di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
·
Ada 2 variabel laten, yaitu prestasi
pegawai dan kinerja pegawai.
·
Variabel laten prestasi pegawai
mempunyai 3 indikator / variabel yang dapat diobservasi secara langsung, yaitu:
motivasi, kedisiplinan dan kreativitas. Sedang variabel laten kinerja pegawai
mempunyai 5 indikator, yaitu gaji, jenjang karier, jumlah jam kerja, insentif
dan gaya kepemimpinan.
·
Ada 8 kesalahan pengukuran, yaitu err1
sampai dengan err8
·
Ada 1 kesalahan residual, yaitu res1
·
Diasumsikan variabel prestasi
mempengaruhi variabel kinerja.
·
Model hubungan ini disebut recursive
atau searah.
·
Terdapat dua model yaitu: model
pengukuran dan model struktural
·
Model pengukuran mencerminkan hubungan
antara variabel laten “prestasi pegawai”
dengan indikator-indikator “motivasi”, “disiplin”, dan “kreativitas” dan
variabel laten “kinerja pegawai” dengan indikator-indikator “gaji”, “karier”,
“jam”, “insentif” dan “gaya kepemimpinan”.
·
Model struktural mencerminkan hubungan
antara variabel laten “prestasi pegawai”
dengan variabel laten “kinerja pegawai”.
1.10
Ukuran Sampel
Ukuran
sampel yang ideal untuk SEM sebaiknya
antara 200 - 400. Jika
menginginkan hasilnya semakin tepat, maka sebaiknya lebih besar dari 400
dengan 10-15 variable yang diobservasi dan dengan tingkat
kesalahan sebesar 5%. Untuk tingkat kesalahan 1% diperlukan data sekitar 3200.
1.11
Dua Hal Penting Dalam Penggunaan
SEM
Ada dua isu yang bersifat metodologis yang
muncul dalam SEM berkaitan dengan kekuatan menganalisis data. Pertama, apakah
parameter-parameter yang akan kita estimasi dapat diidentifikasi. Lebih lanjut
apakah kita dapat memperoleh estimasi unik parameter tersebut. Pada saat semua
parameter dalam suatu model teridentifikasi. Maka
model tersebut dikatakan teridentifikasi. Masalah indentifikasi ini seperti
persamaan dalam aljabar yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
persamaan independent yang memadai untuk memecahkan X, Y dan Z.Idealnya, kita
menginginkan semua parameter model dapat diidentififikasi. Amos dapat
mendeteksi serta memberitahu kita kisaran masalah-masalah identifikasi.
Disamping itu juga Amos menawarkan
remedi untuk mengatasi masalah ini. Kita dapat mengatasi masalah
indentifikasi dengan menggunakan pengendalian-pengendalian tertentu.
Isu kedua
ialah ekuvalensi model. Dua model SEM
akan equivalen jika kedua model tersebut dapat memprediksi nilai-nilai yang
sama dari data yang sama pula. Apa yang dianalisis pada saat melakukan
pencocokan dalam SEM ialah matriks kovarian atau matriks korelasi. Sekalipun
demikian dalam SEM kadang kita juga menggunakan rata-rata (mean) hasil observasi juga
pada saat intercept atau rata-rata faktor diestimasi. Setiap dua model SEM yang
memprediksi momen yang sama, misanya
kovarian, means, dan lainnya diperlakukan equivalen. Sampai saat ini
belum ada prosedur yang komprehensif untuk menghitung semua kemungkinan
model yang ingin kita spesifikasi..
Untuk mengatasi masalah ini, maka kita harus bersandar pada informasi diluar
data untuk memilih model-model yang terbaik. Informasi ini dapat diperoleh dari
riset sebelumnya, pengetahuan tentang lingkungan dimana data dikoleksi, intuisi
manajerial dan pengalaman-pengalaman meneliti sebelumnya. Pemahaman ekuivalensi
tidak jauh berbeda dengan pemahaman dimana variable-variabel tertentu bergantung pada lainnya dan mana
yang tidak bergantung.
1.12
Istilah-Istilah Dasar Dalam SEM
•
Variabel
– Observed Variables:
Variabel Yang Dapat Diobservasi Secara Langsung / Var Manifest / Indikator /
Referensi
– Unobserved Variables:
Variabel Yang Tidak Dapat Diobservasi Secara Langsung / Fenomena Abstrak / Var
Laten / Faktor / Konstruk
– Minimal
4 variabel untuk pemodelan dalam SEM
•
Variabel
Laten Exogenous (Variabel Independen)
Penyebab fluktuasi nilai – nilai di
variabel – variabel laten lainnya dalam model yang dibangun. Perubahan nilai
dalam var ini ini tidak dapat diterangkan dengan menggunakan model, tetapi
harus mempertimbangkan pengaruh faktor – faktor eksternal lainnya diluar model;
sebagai contoh faktor demografi, status sosial dan ekonomi. (Bandingkan
dengan konsep Regresi dan Analisis Jalur dimana model tidak digunakan untuk
memberikan penjelasan perubahan nilai pada variabel bebas (regresi) dan
exogenous (analisis jalur) krn variabel – variabel ini diperlakukan sebagai
penyebab perubahan nilai var tergantung (regresi) dan var endogenous (analisis
jalur)
•
Variabel
Laten Endogenous (Variabel Dependen)
– Variabel
yang dipengaruhi oleh var exogenous dalam model baik secara langsung maupun
tidak langsung. Fluktuasi nilai dalam
var endogenous dapat diterangkan dengan model yang dibangun karena semua
variabel laten yang mempengaruhi variabel laten endogenous ini dimasukkan dalam
spesifikasi model tersebut.
•
Model
Anlisis Faktor
– Exploratory Factor Analysis (EFA):
dirancang untuk suatu situasi dimana hubungan antara variabel – variabel yang
diobservasi dan variabel laten tidak diketahui atau tidak jelas
– Confirmatory Factor Analysis (CFA):
digunakan untuk riset dimana peneliti sudah mempunyai pengetahuan mengenai struktur
variabel laten yang melandasinya. Didasarkan pada teori atau riset empiris yang
bersangkutan membuat postulat /asumsi / reasoning hubungan antara pengukuran
yang diobservasi dengan faktor – faktor yang mendasarinya sebelumnya kemudian
melakukan pengujian struktur hipotesis ini secara statistik.
– Kesimpulan:
Model analisis faktor EFA dan CFA berfokus pada bagaimana dan sejauh mana semua
variabel yang diobservasi berhubungan dengan faktor – faktor laten yang
mendasarinya. Dengan kata lain, model analisis ini berfokus pada sejauh mana
variabel – variabel yang diobservasi ini dihasilkan oleh konstruk – konstruk
laten yang mendasarinya; dengan demikian, kekuatan semua jalur regresi dari
semua faktor tersebut kearah semua variabel yang diobservasi secara langsung
(koefesien regresi / factor loadings) menjadi fokus analisisnya. Karena model ini, khususnya CFA hanya
berfokus pada hubungan antara faktor – faktor dan semua variabel yang diukur
maka dalam perspektif SEM disebut sebagai Measurement Model.
•
Model
Variabel Laten Lengkap / Full Latent Variable Model (LV)
– Model
LV memungkinkan spesifikasi struktur regresi diantara semua variabel
laten. Artinya peneliti dapat membuat
hipotesis pengaruh dari satu konstruk laten terhadap konstruk laten lainnya
dalam suatu pemodelan hubungan sebab akibat. Model LV ini mencakup “measurement
model” dan “structural model” : dimana MM menjelaskan hubungan antara
– semua
variabel laten dengan pengukuran yang diobservasi (CFA) dan model struktural
menjelaskan hubungan antara semua variabel laten itu sendiri.
•
Arah
Hubungan
– Recursive:
hubungan pengaruh satu arah ( dari
exogenous ke endogenous) (Model ini sama dengan Analisis Jalur)
– Non Recursive:
hubungan bersifat sebab akibat / reciprocal atau feedback effects
•
Tujuan
Umum Pemodelan Statistik dalam SEM
– Memberikan
cara yang efisien dan sesuai untuk menggambarkan struktur variabel laten yang
mendasari seperangkat variabel yang diobservasi
– Mengekspresikan
dengan diagram atau menggunakan persamaan matematis
– Menyusun
postulat menggunakan model statistik yang didasarkan pada pengetahuan peneliti
terhadap teori yang sesuai, riset empiris kajiannya, atau kombinasi antara
teori dan empiris.
– Menentukan
keselarasan (Goodness of Fit) antara model yang dihipotesiskan dengan data
sampel.
– Menguji
seberapa cocok antara data hasil observasi dengan dengan struktur model yang dibuat
– Mengetahui
residual / perbedaan antara model
yang dihipotesiskan dengan data observasi
•
Bentuk
model yang sesuai dengan data observasi:
– Data
= Model + Residual
– Model
merupakan representasi struktur yang dihipotesiskan yang menghubungkan antara
semua variabel yang diobservasi dengan semua variabel laten dan untuk model
tertentu menghubungkan antar variabel laten tertentu.
– Residual
merupakan perbedaan antara model yang dihipotesiskan dengan data yang
diobservasi
•
Kerangka
Strategis Umum untuk Pengujian SEM Menurut Joreskog (1993)
Terdapat 3 kerangka
strategis umum dalam pengujian SEM, yaitu:
– Strictly Confirmatory (SC):
• Peneliti
membuat postulat suatu model singel didasarkan pada teori,
• Mengumpulkan
data yang sesuai
• Menguji
kecocokan antara model yang dihipotesiskan dengan data sampel observasi
• Hasil
pengujian ialah menolak atau menerima model yang sudah dibuat
• Tidak
ada modifikasi lebih lanjut terhadap model yang sudah dibuat
– Alternative Models (AM):
• Peneliti
mengajukan beberapa alternatif model yang didasarkan pada teori yang sesuai
dengan kajian yang dilakukan
• Memilih
model yang sesuai dengan data observasi yang paling mewakili data sampel yang
dimiliki
– Model Generating (MG):
• Peneliti
membuat postulat dan menolak model yang diturunkan dari teori didasarkan pada
kekurang-sesuaian dengan data sampel
• Melanjutkan
dengan model exploratori bukan konfirmasi untuk memodifikasi dan mengestimasi
ulang model yang dibuat
• Fokusnya
ialah untuk menemukan sumber ketidaksesuaian dalam model dan menentukan suatu
model yang sesuai dengan data sampel yang ada
•
Notasi Simbol. Notasi simbol yang
digunakan SEM ialah
Notasi Simbol |
Deskripsi |
|
Variabel yang tidak terobservasi / var laten /
faktor |
Variabel yang diobservasi /
indikator / manifest |
|
Menunjukkan pengaruh dari satu
variabel ke var lainnya |
|
Menunjukkan kovarian / korelasi
antara sepasang variabel |
|
Measurement error dan residual
error |
1.13
Kenggulan-Keunggulan
SEM
1. Pertama, memungkinkan adanya asumsi-asumsi yang lebih fleksibel;
2. Kedua, penggunaan analisis faktor penegasan (confirmatory factor analysis) untuk mengurangi kesalahan pengukuran dengan memiliki banyak indikator dalam satu variabel laten;
3. Ketiga, daya tarik interface pemodelan grafis untuk memudahkan pengguna membaca keluaran hasil analisis;
4. Keempat, kemungkinan adanya pengujian model secara keseluruhan dari pada koefesien-koefesien secara sendiri-sendiri;
5. Kelima, kemampuan untuk menguji model – model dengan menggunakan beberapa variabel tergantung;
6. Keenam, kemampuan untuk membuat model terhadap variabel-variabel perantara;
7. Ketujuh, kemampuan untuk membuat model gangguan kesalahan (error term);
8. Kedelapan, kemampuan untuk menguji koefesien-koefesien diluar antara beberapa kelompok subyek;
9.
Kesembilan
kemampuan untuk mengatasi data yang
sulit, seperti data time series dengan kesalahan otokorelasi, data yang
tidak normal, dan data yang tidak lengkap.
1.14
Langkah-Langkah Analisis Dalam SEM
Untuk melakukan analisis SEM diperlukan
langkah-langkah sebagai berikut:
·
Kelima mencocokkan data dengan model yang sudah dibuat.
1.15
Daftar
Pustaka
Byrne,
Barbara. M. (2001). Structural Equation Modeling With Amos: Basic Concepts, Applications, and Programming.
London: Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Ferdinand, Augusty. (2000). Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen.
Aplikasi Model-Model Rumit dalam Penelitian untuk Tesis S2 dan Disertasi S3.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Fox,
Johns. (2002). Structural Equation Model. Appendix to An R and
S-PLUS Companion to Applied Regression
Garson, David.G. (2006). Structural
Equation Model. World Wide Web: http://hcl.chass.ncsu.edu/ssl/ssl.htm
Ghozali,
Abbas. (2001 ). Tinjauan Metodologi: Structural Equation Modeling dan Penerapannya
dalam Pendidikan. World Wide Web: http://www.depdiknas.go.id
Kline,
Rex.B. (2001). Principles and Practice of Structural Equation Modeling. New
York: The Guilford Press
Narimawati,
Umi dan Jonathan Sarwono.(2007). Structural Equation Model (SEM) Dalam Riset
Ekonomi: Menggunakan LISREL. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Sarwono,
Jonathan. (2008). Mengenal AMOS untuk Analisis Structural Equation Model. Dalam
proses penerbitan