Mengenal Path
Analysis: Sejarah, Pengertian dan Aplikasi
Oleh:
Jonathan Sarwono
Email:
[email protected]
Web:
http://www.jonathansarwono.info
Abstract
Path
Analysis is a procedure originating from Pearson correlation, which is then
developed by Sewal Wright to be used to test the causal relationship among
variables. This writing is to introduce what path analysis is; historical
aspects, basic concepts, models and procedure of calculating.
Kata
Kunci:
Path
analysis, korelasi, koefesien jalur, pengaruh parsial dan pengaruh gabungan
A. Sejarah
Seperti
apa sejarah path
analysis itu? Teknik path analysis,
yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahun 1934, sebenarnya merupakan pengembangan korelasi yang diurai menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Sewall wright adalah
seorang ahli genetik yang mengembangkan path
analysis untuk membuat kajian hipotesis hubungan sebab akibat dengan
menggunakan korelasi. Lebih lanjut, path analysis mempunyai kedekatan dengan
regresi berganda; atau dengan kata lain, regresi berganda merupakan bentuk
khusus dari path analysis. Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab-akibat (causing
modeling). Penamaan ini didasarkan pada alasan
yang bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji proposisi
teoritis mengenai hubungan sebab dan akibat tanpa memanipulasi
variabel-variabel. Memanipulasi variabel maksudnya
ialah memberikan perlakuan (treatment) terhadap variabel-variabel
tertentu dalam pengukurannya. Asumsi dasar model ini
ialah beberapa variabel sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat satu
dengan lainnya. Dalam perkembangannya saat ini path analysis diperluas dan diperdalam
kedalam bentuk analisis “Structural
Equation Modeling” atau dikenal dengan singkatan SEM.
Sebenarnya
gagasan Sewal Wright ini diilhami oleh penemuan – penemuan rumus sebelumnya
diantaranya ialah pada tahun 1901 Karl Pearson, penemu rumus korelasi
Pearson, menemukan principal component
analysis dan Charles Spearman, penemu rumus korelasi Spearman, pada tahun 1904
menemukan teknik analisis faktor yang banyak memberikan pengaruh terhadap
perkembangan Structural Equation Modelling (SEM) yang didasari oleh path analysis (PA) yang oleh sebagian besar orang dimasukkan dalam kategori yang sama
antara SEM dan PA. Kesamaan dasar antara SEM dan PA
semata-mata hanya karena masalah hubungan sebab akibat (casuality). Yang
kemudian pada perkembangannya PA lebih merupakan representasi model yang
hubungan kasualitas yang bersifat searah
(yang secara tekniks disebut recursive)
sedang SEM merupakan representasi model hubungan sebab akibat yang bersifat searah dan dua arah / timbal
balik / reciprocal (yang secara
tekniks disebut non recursive) Kontribusi Wright yang terbesar ialah
penemuannya mengenai metode koefesien jalur dalam konteks hubungan kasualitas
yang menjadi landasan dalam mengubungan antara masalah statistik dengan masalah
sebab akibat. Sehingga
dalam perkembangan berikutnya orang kemudian mengaitkan antara hubungan
kasualitas dengan path analysis
secara tidak sengaja. Sebenarnya tidak ada landasan
teori yang memberikan justifikasi bahwa ada hubungan antara path analysis dengan model kasualitas;
sebagaimana adanya teori yang mengatakan bahwa ada hubungan antara regresi
linier dengan hubungan kasualitas. Sekalipun demikian, menurut Dennis
dan Legerski (2006)
terdapat sejarah yang membuktikan bahwa ada hubungan antara path analysis dan kasualitas. Hanya dari faktor sejarahlah orang dapat memberikan justifikasi
bahwa path analysis berkaitan dengan
kasualitas. Itulah sebabnya pada
bagian berikut ini akan dibahas secara singkat sejarah
karya-karya Sewal Right yang menjadi landasan pemikiran mengapa akhirnya orang
menyimpulkan ada hubungan antara path
analysis dengan model kasualitas.
Sewal Wright adalah seorang sarjana
lulusan biologi dari Universitas Illinois yang kemudian mendalami bidang
genetika.
Dia tertarik mengenai peranan genetika dalam menentukan
turunan warna dalam binatang. Dia berhasil melakukan
riset dengan menggunakan path analysis
terhadap transmisi dalam suatu kelinci percobaan pada tahun 1920.
Sebenarnya Sewal Wright pertama kali menggunakan path analysis pada tahun 1918 dalam artilenya yang berjudul: “On
the Nature of Size Factors.” Dengan menggunakan hasil risetnya yang pernah
diterbitkan di Castle pada tahun 1914, dimana
dia menemukan korelasi antara berbagai pengukuran tulang pada kelinci yang dia
teliti; Sewal Wright kemudian menyusun metode kuantitatif, yaitu suatu metode
yang dirancang untuk membuat estimasi tingkatan dimana suatu pengaruh yang
diberikan ditentukan oleh setiap jumlah penyebab.
Tulisan
berikutnya yang muncul pada tahun 1920 yang berjudul membahas keseriusannya dalam usahanya
menemukan suatu metode analisis statistik baru. Maka dalam artikel yang
berjudul “The Relative Importance of Heredity and Environment in Determining
the Piebald Pattern of Guinea-Pigs,”, Sewal Wright
menyusun suatu model kuantitatif yang dapat digunakan dalam membuat estimasi kepentingan
relatif hereditas dan lingkungan dalam transmisi generasi warna pada kelinci
percobaannya. Dalam
makalahnya tersebut dia menyebutkan secara tidak langsung mengenai konsep
“sebab – akibat” yang menjadi dasar dari rumus Path Analysis. Dalam
papernya ini juga Sewal Wright menggambarkan suatu jaringan yang berkaitan
dengan hereditas dan lingkungan dari induk ke anak-anaknya pada kelinci
percobaannya yang kelak pada perkembangannya disebut sebagai diagram jalur.
Dalam diagram jalur tersebut dia menunjukkan induk laki-laki dan perempuan
menghasilkan anak-anak yang mempunyai warna beda. Intinya Sewal ingin mengatakan bahwa kekhasan suatu individu
ditentukan oleh H (Heredity), E (Environment / lingkungan anak – anak sebelum
dilahirkan) dan D (residu, ketidakberaturan dalam perkembangan). Masalah
yang kemudian muncul ialah menemukan cara dalam
menentukan tingkat diterminasi / pengaruh ketiga faktor tersebut.
Dalam
makalah tersebut diatas Sewal juga menyebutkan fondasi logika awal dan diagram
jalur generik untuk metode koefesien-koefesien jalur. Diagram jalur sederhana
yang dia paparkan seperti di bawah ini digunakan untuk menjelaskan hipotesis
yang mengatakan bahwa: “ Dua kuantitats X dan Y
ditentukan sebagaian oleh penyebab-penyebab yang independen”. Penyebab-penyebab
independen yang dihipotesiskan tersebut diberikan oleh kuantitas A dan D.
Sedang penyebab B dan C yang dihubungan dengan anak panah dua arah,
dihipotesiskan sebagai pengaruh yang berkorelasi. Maksudnya
terdapat hubungan antara B dan C yang merupakan penyebab secara parsial
terhadap X dan Y.
Koefesien
jalur didefinisikan oleh Sewall Wright sebagai “mengukur pentingnya suatu jalur
pengaruh yang ada dari sebab ke akibat yang
didefinisikan sebagai ratio variabilitas akibat yang diketemukan saat
semua penyebab bersifat konstan kecuali satu dalam pertanyaan, variabilitas
yang dipertahankan tetap tidak berubah, terhadap variabilitas total”. Kesimpualnnya ialah bahwa Wright ingin menjelaskan bagaimana
caranya mengukur suatu pengaruh jalur yang diasumsikan sebagai jalur penyebab.
Dengan kata lain ia ingin mengatakan jika asumsi sebab-akibat dibuat, dan arah
sebab – akibat tersebut juga diasumsikan ; maka orang
dapat mengukur pengaruh sepanjang jalur penyebab tersebut
Kesimpulannya
agar orang dapat menggunakan metode ini, maka orang perlu mengetahui dua hal,
yaitu: pertama, pengetahuan sebelumnya mengenai hubungan sebab akibat; kedua,
pengetahuan korelasi antar variabel yang dimasukkan dalam sistem. Oleh karena
itu metode ini akan bermanfaat diaplikasikan jika proses-proses sebab akibat dapat
diasumsikan secara apriori. Dengan demikian metode sebab
akibat yang terkandung dalam koefesien jalur menurut Wright bersifat independen
terhadap metode sebab akibat dalam matematika.
B.
Pengertian
Apa sebenarnya path anlysis itu? Ada banyak definisi mengenai path anlysis
ini, diantaranya:
·
“Path
analysis merupakan perluasan dari regresi linier berganda, dan yang
memungkinkan analisis model-model yang lebih kompleks” (Streiner, 2005)
·
“Path
analysis ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang
tejadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga secara tidak langsung”.
(Robert D. Retherford 1993).
·
Sedangkan
menurut Paul Webley (1997): “Path analysis merupakan pengembangan langsung
bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat
kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan
sebab akibat hipotetikal dalam seperangakat variabel.”
·
David
Garson (2003) dari North Carolina State
University mendefinisikan path analysis sebagai “Model perluasan regresi
yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih
model hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya
digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal
menunjukkan sebagai penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel
dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan
dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi
untuk semua variabel dan dilakukan juga penghitungan uji keselarasan statistik.
·
Menurut
penulis path analysis merupakan teknik analisis yang digunakan untuk
menganalisis hubungan sebab akibat yang inheren antar variabel yang disusun
berdasarkan urutan temporer dengan menggunakan koefesien jalur sebagai besaran
nilai dalam menentukan besarnya pengaruh variabel independen exogenous terhadap
variabel dependen endogenous. (Jonathan Sarwono, 2011)
Dari
definisi-definisi di atas dapat dsimpulkan bahwa sebenarnya path analysis dapat
dikatakan sebagai kepanjangan dari analisis regresi berganda, meski didasarkan
sejarah terdapat perbedaan dasar antara path analysis yang bersifat independen
terhadap prosedur statistik dalam menentukan hubungan sebab akibat; sedang
regresi linier memang merupakan prosedur statistik yang digunakan untuk
menganalisis hubungan sebab akibat antar variabel yang dikaji.
Apa sebenarnya
tujuan menggunakan path analysis? Tujuan menggunakan path analysis diantaranya
ialah untuk:
·
Melihat
hubungan antar variabel dengan didasarkan pada model apriori
·
Menerangkan
mengapa variabel-variabel berkorelasi dengan menggunakan suatu model yang
berurutan secara temporer
·
Menggambar
dan menguji suatu model matematis dengan menggunakan persamaan yang
mendasarinya
·
Mengidentifikasi
jalur penyebab suatu variabel tertentu terhadap variabel lain
yang dipengaruhinya.
·
Menghitung
besarnya pengaruh satu variabel independen exogenous atau lebih terhadap
variabel dependen endogenous lainnya.
C. Asumsi – Asumsi dan Prinsip - Prinsip Dasar
Beberapa
asumsi dan prinsip – prinsip dasar dalam path analysis diantaranya ialah:
·
Linearitas (Linearity). Hubungan antar
variabel bersifat linear, artinya jika digambarkan membentuk garis lurus dari
kiri bawah ke kanan atas, seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1
Linieritas
·
Ko-linier. Menunjukkan
suatu garis yang sama. Maksudnya jika ada beberapa
variabel exogenous mempengaruhi satu variabel endogenous; atau sebaliknya satu
variabel exogenous mempengaruhi beberapa variabel endogenous jika ditarik garis
lurus akan membentuk garis-garis yang sama.
·
Model Rantai
Sebab Akibat:
Menunjukkan adanya model sebab akibat dimana urutan kejadian akhirnya menuju
pada variasi dalam variabel dependen / endogenous, seperti gambar di bawah ini. Dalam
gambar dibawah semua urutan kejadian X1, X2, X3,
dan X4 menuju ke Y
Gambar 2 Model Rantai
Sebab Akibat
·
Aditivitas (Additivity). Tidak ada
efek-efek interaksi
·
Hubungan sebab akibat yang tertutup (Causal closure): Semua pengaruh langsung satu variabel terhadap
variabel lainnya harus disertakan dalam diagram jalur.
·
Koefesien Beta (β). Merupakan koefesien regresi yang sudah
distandarisasi (standardized regression
coefficient) yang menunjukkan jumlah perubahan dalam variabel dependen
endogenous yang dihubungkan dengan perubahan (kenaikan atau penurunan) dalam
satu standar deviasi pada variabel bebas exogenous saat dilakukan pengendalian
pengaruh terhadap variabel-variabel independen lainnya. Koefesien beta disebut
juga sebagai bobot beta (β). Nilai ini yang digunakan sebagai besaran
nilai dalam koefesien jalur (p) atau jumlah pengaruh setiap variabel exogenous
terhadap variabel endogenous secara sendiri-sendiri atau disebut sebagai
pengaruh parsial.
·
Koefesien Determinasi (R2): Disebut
juga sebagai indeks asosiasi. Merupakan nilai yang menunjukkan berapa besar
varian dalam satu variabel yang ditentukan atau diterangkan oleh satu atau lebih variasbel
lain dan berapa besar varian dalam satu
variabel tersebut berhubungan dengan varian dalam variabel lainnya. Dalam
statistik bivariat disingkat sebagai r2 sedang dalam multivariat
disingkat sebagai R2. Nilai ini yang digunakan sebagai besaran nilai
untuk mengekspresikan besarnya jumlah pengaruh semua variabel exogenous
terhadap variabel endogenous secara gabungan atau disebut sebagai pengaruh
gabungan.
·
Data metrik
berskala interval.
Semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval (scaled
values). Jika data belum dalam bentuk skala interval, sebaiknya data diubah
dengan menggunakan metode suksesive interval (Method of Successive Interval /MSI) terlebih dahulu. Jika data
bukan metrik digunakan maka akan mengecilkan nilai
koefesien korelasi. Nilai koefesien korelasi yang kecil akan
menyebabkan nilai R2 menjadi semakin kecil. Dengan demikian
pemodelan yang dibuat menggunakan path analysis tidak akan
valid; karena salah satu indikator kesesuaian model yang dibuat dengan teori
ialah dengan melihat nilai R2 yang mendekati 1. Jika nilai ini
semakin mendekati 1; maka model dianggap baik atau sesuai dengan teori.
·
Variabel -
variabel residual tidak berkorelasi dengan salah satu
variabel-variabel dalam model.
·
Istilah gangguan
(disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh
berkorelasi dengan semua variabel endogenous
dalam model. Jika dilanggar, maka akan berakibat hasil
regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan parameter-parameter jalur.
·
Multikoliniearitas
yang rendah.
Multikolinieritas maksudnya dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai
hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang tinggi maka kita akan mendapatkan standard error yang besar dari koefesien beta (b) yang digunakan
untuk menghilangkan varians biasa dalam melakukan analisis korelasi secara
parsial.
·
Recursivitas. Semua anak
panah mempunyai satu arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping)
atau tidak menunjukkan adanya hubungan timbal balik (reciprocal)
·
Spesifikasi model benar
diperlukan untuk menginterpretasi koefesien-koefesien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang
signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefesien jalur akan merefleksikan
kovarians bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat
diinterpretasi secara tepat dalm kaitannya dengan akibat langsung dan tidak langsung.
·
Input korelasi
yang sesuai.
Artinya jika kita menggunakan matriks korelasi sebagai masukan, maka korelasi
Pearson digunakan untuk dua variabel berskala interval; korelasi polychoric untuk dua variabel berksala
ordinal; tetrachoric untuk dua
variabel dikotomi (berskala nominal); polyserial untuk satu variabel interval
dan lainnya ordinal; dan biserial untuk satu variabel berskala interval dan
lainnya nominal.
·
Terdapat ukuran
sampel yang memadai.
Pergunakan sample minimal 100 dengan tingkat kesalahan 10% untuk memperoleh
hasil analisis yang signifikan dan lebih akurat. Untuk idealnya besar sampel
sebesar 400 – 1000 (tingkat kesalahan 5%) sebagaimana umumnya persyaratan dalam
teknik analisis multivariat.
·
Tidak terjadi
Multikolinieritas.
Multikolinieritas terjadi jika antar variabel bebas (exogenous) saling
berkorelasi sangat tinggi, misalnya mendekati 1.
·
Sampel sama dibutuhkan untuk pengitungan regresi dalam model
jalur.
·
Merancang model
sesuai dengan teori yang sudah ada untuk menunjukan adanya hubungan sebab
akibat dalam variabel – variabel yang sedang diteliti. Sebagai contoh: variabel
motivasi, IQ dan kedisplinan mempengaruhi prestasi belajar. Berdasarkan
hubungan antar variabel yang sesuai teori tersebut, kemudian kita membuat model
yang dihipotesikan.
·
Karena
penghitungan path analysis menggunakan teknik regresi linier; maka asumsi umum
regresi linear sebaiknya diikuti, yaitu:
a.
Model
regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka signifikansi pada ANOVA
sebesar < 0.05
b.
Predictor
yang digunakan sebagai variable bebas harus layak. Kelayakan ini diketahui jika
angka Standard Error of Estimate < Standard Deviation
c.
Koefesien
regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T. Koefesien regresi
signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis)
d.
Tidak
boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi korelasi yang
sangat tinggi antar variable bebas.
e.
Tidak
terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan Watson sebesar
< 1 dan > 3
D. Persyaratan
dan Tahapan Menggunakan Path Analysis
Persyaratan
mutlak yang harus dipenuhi saat kita akan menggunakan
path analysis diantaranya:
·
Data
metrik berskala interval
·
Terdapat
variabel independen exogenous dan dependen endogenous untuk model regresi
berganda dan variabel perantara untuk model mediasi dan model gabungan mediasi
dan regresi berganda serta model kompleks.
·
Ukuran
sampel yang memadai, sebaiknya di atas 100 dan idealnya 400 - 1000
·
Pola
hubungan antar variabel: pola hubungan antar variabel hanya satu arah tidak
boleh ada hubungan timbal balik (reciprocal)
·
Hubungan
sebab akibat didasarkan pada teori yang sudah ada dengan asumsi sebelumnya
menyatakan bahwa memang terdapat hubungan sebab akibat dalam variabel-variabel
yang sedang kita teliti.
·
Pertimbangkan
hal-hal yang sudah dibahas dalam asumsi dan prinsip-prinsip dasar di bab sebelumnya.
Sedang tahapan
dalam melakukan path analysis ialah:
1.
Merancang
model didasarkan pada teori. Sebagai contoh kita akan
melihat pengaruh variabel kualitas produk, harga dan pelayanan terhadap tingkat
kepuasan pelanggan. Berangkat dari teori yang ada kemudian kita membuat model
yang dihipotesiskan.
Gambar 3 Model
Didasarkan pada Teori
2.
Model
yang dihipotesiskan: Pada bagian ini kita membuat hipotesis yang menyatakan,
misalnya:
H0: Variabel variabel kualitas produk,
harga dan pelayanan tidak berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan baik
secara gabungan maupun parsial.
H1: Variabel variabel kualitas produk,
harga dan pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pelanggan baik secara
gabungan maupun parsial.
3.
Menentukan
model diagram jalurnya didasarkan pada variabel – variabel yang dikaji.
Gambar 4 Model
Diagram Jalur
4.
Membuat
diagram jalur: kemudian kita membuat diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 5 Diagram
Jalur
Dimana:
·
X1
sebagai variabel independen exogenous kualitas produk
·
X2
sebagai variabel independen exogenous harga
·
X3
sebagai variabel independen exogenous layanan
·
Y
sebagai variabel dependen endogenous tingkat kepuasan
5.
Membuat
persamaan struktural.
Diagram
jalur di atas persamaan strukturalnya ialah: Y = PYX1 + PYX2 +
PYX3 + e1
6.
Melakukan
prosedur path analysis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
X1 X2 X3 Y
R1=1 rX1X2 rX1X3
rXIY
1
rX2X3 rX2Y
1 rX3Y
·
Menghitung
matriks invers R1-1 sebagai berikut:
X1 X2
X3
C1 C12 C13
C22 C23
R1-1= C33
· Menghitung Koefisien Jalur
PYX1 C1 C12 C13 rXY1
PYX2 = C22 C23 rXY2
PYX3 C33 rXY3
· Menghitung koefesien determinasi atau R2Y(X1X2),Xk), yang merupakan pengaruh gabungan dari X1,X2,Xk terhadap Y (dalam contoh diatas, pengaruh variabel kualitas produk, harga dan layanan terhadap tingkat kepuasan) dengan rumus:
R2Y(X1X2)=(PYX1PYX2) rYX1 rYX2
· Menguji signifikansi koefisien jalur dengan cara sebagai berikut:
Pertama, melakukan pengujian secara simultan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuat hipotesis seperti berikut ini:
H0 = PYXi =…PYXk = 0
H1 = Sekurang-kurangnya ada satu PYXi≠0, i=1,2,3
Menggunakan statistik uji F, dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
k = jumlah variabel
n = jumlah data
Dengan ketentuan bahwa statistik uji tersebut mengikuti distribusi F- Snedecor dengan Degree of Freedom (DF): V1= k - 1 dan V2 = n-k
Dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut:
- Jika Fobservasi > Fnilai kritis, maka H0 ditolak
- Jika Fobservasi < Fnilai kritis, maka H0 diterima
Kedua, melakukan pengujian secara parsial dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuat hipotesis seperti berikut ini:
H0 : PYXi = 0
H1 : PYXi ≠ 0
Pengujian menggunakan uji t, dengan rumus sebagai berikut:
Prosedur pengujian diatas mengikuti distribusi t, dengan Degree of Freedom=(n-k-1). Kriteria pengujiannya sebagai berikut:
- Jikaa tobservasi > tnilai kritis, maka H0 ditolak
- Bila tobservasi > tkritis, maka H0 diterima
· Menghitung pengaruh parsial X1 (kualitas produk), X2 (harga), X3 dan (layanan) terhadap Y (tingkat kepuasan)
7.
Uji
validitas hasil analisis:
a.
Dengan
menggunakan nilai sig atau nilai F pada ANOVA untuk melihat model keseluruhan yang
benar dan pengaruh gabungan.
b.
Dengan
menggunakan nilai T untuk pengaruh parsial
E. Model – Model dalam Path Analysis
Pada bagian ini
penulis akan menguraikan model-model yang ada dalam
path analysis. Model-model tersebut ialah: a)Model regresi linier berganda,
b)Model mediasi, c)Model gabungan antara regresi berganda dan mediasi, dan
4)Model kompleks
Berikut
ini model-mode yang bersumber dari buku Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis,
Edisi 5 tahun 2010 (Sarwono: 6-7, 2010) akan dibahas
secara lebih rinci. Untuk memudahkan pembaca yang baru memulai dalam
mempelajari path analysis; maka contoh-contoh dibawah ini dibuat sederhana
sedang pada bagian aplikasi penghitungan di bab-bab berikutnya contohnya akan semakin dibuat kompleks.
Model Regresi Linier Berganda
Model
regresi berganda ini sebenarnya merupakan pengembangan dari teknik analisis
regresi linier berganda dengan menggunakan lebih dari satu variabel independen exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel
dependen endogenous Y. Model tersebut
mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 6 Path
Analysis Model Regresi Berganda
Dimana:
·
X1
adalah variabel independen exogenous pertama
·
X2
adalah variabel independen exogenous kedua
·
Y
adalah variabel dependen endogenous
Contoh
Kasus:
Riset
ingin melihat besarnya pengaruh variabel kualitas produk dan iklan terhadap penjualan, maka X1
adalah variabel kualitas produk dan X2 adalah variabel iklan
sedangkan Y adalah variabel penjualan. Dalam terminologi
analisis jalur, variabel kualitas produk dan iklan adalah variabel exogenous dan variabel penjualan adalah
variabel endogenous.
Model Mediasi Melalui Variabel Perantara
(Intervening Variable)
Model kedua path analysis
ini adalah model mediasi atau perantara (intervening
variable) dimana kehadiran variabel Y sebagai variabel perantara akan mengubah pengaruh variabel X terhadap variabel Z.
Pengaruh ini dapat menurun ataupun meningkat.
Model kedua ini diagram jalurnya seperti di bawah ini:
Gambar 7 Path
Analysis Model Mediasi
Dimana:
·
X adalah variabel
independen exogenous
·
Y adalah variabel
endogenous perantara
·
Z adalah variabel
dependen endogenous
Contoh Kasus:
Dalam
rangka untuk meningkatkan laba, sebuah perusahaan menjual produk dengan harga
murah dengan mengabaikan kualitas produk itu sendiri. Hasilnya laba tidak meningkat malahan semakin menurun. Apabila diterapkan dalam
model kedua ini, maka variabel X adalah produk, variabel Y adalah variabel
kualitas produk dan variabel Z adalah variabel laba. Variabel
produk mempengaruhi variabel laba melalui variabel kualitas produk.
Model Gabungan antara Model Regresi Berganda dengan Model
Mediasi
Model
ketiga dalam path anlysis merupakan penggabungan antara model regresi linier
berganda dengan model mediasi, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z
secara langsung (direct effect) dan
secara tidak langsung (indirect effect)
mempengaruhi juga variabel Z melalui variabel perantara Y.
Dalam model ini dapat
diterangkan sebagai berikut:
·
Variabel X
berfungsi sebagai variabel independen exogenous terhadap variabel Y dan Z
·
Variabel Y mempunyai dua fungsi:
o
Fungsi pertama
ialah sebagai variabel endogenous terhadap variabel exogenous X
o
Fungsi kedua
ialah sebagai variabel endogenous perantara untuk melihat pengaruh X terhadap Z
melalui Y
·
Variabel Z
merupakan variabel dependen endogenous
Model ini mempunyai
diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 8 Path
Analysis Model Gabungan Antara Reggresi Linier Berganda
Dengan
Mediasi
Dimana:
·
X adalah variabel
independen exogenous
·
Y adalah variabel
endogenous dan sebagai variabel perantara
·
Z
adalah variabel dependen endogenous
Contoh
Kasus:
Dalam kasus ini variabel X adalah layanan, variabel
Y adalah kepuasan dan variabel Z adalah loyalitas pelanggan. Layanan pegawai
secara langsung mempengaruhi kepuasan pelanggan demikian pula layanan pegawai akan mempengaruhi kepuasan yang kemudian akan berpengaruh
terhadap loyalitas pelanggan; dengan kata lain layanan akan berpengaruh
terhadap loyalitas setelah konsumen puas.
Model Kompleks
Model keempat dalam path analysis ini merupakan
model yang kompleks, yaitu variabel X1 secara langsung mempengaruhi
Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2, sementara itu variabel Y2 juga
dipengaruhi oleh variabel Y1.
Dalam model ini dapat
diterangkan sebagai berikut:
·
Variabel X1
berfungsi sebagai variabel independen exogenous
·
Variabel X2 mempunyai dua fungsi:
o
Fungsi pertama
ialah sebagai variabel endogenous terhadap variabel exogenous X1
o
Fungsi kedua
ialah sebagai variabel endogenous perantara untuk melihat pengaruh X1
terhadap Y2 melalui X2
·
Variabel
Y2 merupakan variabel dependen endogenous
·
Variabel
Y1 merupakan variabel independen exogenous
Model ini mempunyai diagram jalur
seperti di bawah ini:
Gambar 9.
Path Analysis Model Kompleks
Dimana:
o
X1
adalah variabel independen exogenous
o
X2
adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara
·
Y1
adalah variabel independen exogenous
·
Y2
adalah variabel endogenous
Contoh
Kasus:
Untuk
model di atas kita dapat membuat contoh sebagai berikut:
o
X1:
Variabel kinerja pegawai
o
X2:
Variabel kualitas layanan
o
Y2:
Variabel kepuasan pelanggan
o
Y1:
Variabel kualitas produk
Dalam satu
perusahaan kinerja pegawai akan mempengaruhi kualitas
layanan secara langsung dan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap
kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan. Dan kualitas produk akan mempengaruhi juga tingkat kepuasan pelanggan.
F. Daftar Pustaka
Denis, Daniel J. and Joanna
Legerski. (2006). Causal
Modeling and the Origins of Path Analysis. University of Montana
Duncan, O. D., & Hodge, R. W. (1963). Education and occupational mobility: A regression
analysis. The American Journal of Sociology, 68,
629-644.
Hair, Joseph F.
et al. (2010).
Multivariate Data Analysis: A Global Perspective. New Jersey: Pearson Prentice
Hall
Johnson, Richard
A. and Wichern, Dean W.(2002). Applied Multivariate Statistical Analysis.
New Jersey: Prentice Hall
Lleras , Christy (2011)
Path Analysis Pennsylvania State University University Park Pennsylvania USA
Olabutiyi,
Moses. E.( 2006). A
User’s Guide to Path Analysis.. Maryland:
University Press of America
Sarwono,
Jonathan.(2010). Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan
SPSS. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Streiner, David
L. Finding Our Way: An Introduction to
Path Analysis. Can J Psychiatry, Vol 50, No.2
February 2005
Schumacker, Randall E. and Richard
G. Lomax .(1996)
A beginner's guide to structural equation
modeling . New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc
Sitepu, Nriwana SK.(1994). Analisis Jalur.
Bandung: Jurusan Statistik, FMIPA Univeristas Padjadjaran
Wright, Sewal. (1920). The relative
importance of heredity and environment in determining the piebald pattern of
guinea-pigs. Proceedings of the National Academy of Sciences, 6 , 320-332.
Wolfle, L. M. (2003). The introduction of path analysis to
the social sciences, and some emergent themes: An annotated bibliography. Structural
Equation Modeling,10, 1- 34.
Wuensch, Karl L. (2008). An
Introduction to Path Analysis